TEMUAN terbaru yang menyebutkan mantan
Presiden Palestina Yasser Arafat diracun, membuat Palestina menuntut
otopsi atas jasad Arafat. Sebelumnya dicurigai bahwa Arafat diracun
dengan menggunakan zat radioaktif polonium-210. Berikut informasi
mengenai zat beracun itu.
Polonium merupakan zat yang sangat jarang ditemukan dan memiliki kandungan radioaktif tinggi. Umumnya, zat beracun ini ditemukan di atmosfir bumi dan dalam jumlah kecil berada di dalam lapisan dalam bumi. Polonium ini ditemukan oleh peneliti Marie Curie pada abad 19. Demikian diberitakan Al Jazeera, Kamis (5/7).
Karena tingginya tingkat radioaktif, polonium juga digunakan sebagai
pemicu senjata nuklir serta sumber tenaga dari satelit dan pesawat luar
angkasa. Rusia juga menggunakan zat ini sebagai pemanas mesin yang
mendarat di bulan pada era 1970-an.
Tapi apakah polonium pernah digunakan sebagai racun pada waktu
sebelumnya? Jawabannya iya. Polonium diketahui digunakan sebagai senjata
pembunuh terhadap mata-mata Rusia yang membelot bernama Alexander
Litvinenko.
Diketahui, kondisi kesehatan Litvinenko dalam keadaan fit hingga 1
Nopember 2006 dia tiba-tiba jatuh sakit dan dirawat. Dirinya dikabarkan
menderita diare akut dan muntah. Rumah sakit pun mendiagnosanya dengan
infeksi perut.
Dokter yang memeriksa Litvinenko mengatakan, kondisi tubuhnya dikabarkan
menunjukkan gejala seperti halnya penderita hepatitis dan AIDS. Tetapi
kedua penyakit itu tidak ditemukan sama sekali di tubuh Litvinenko.
Dokter akhirnya menetapkannya menderita keracunan akibat radiasi dan
berdasarkan tes, polonium berada di dalam tubuhnya.
Gejala
Gejala-gejala keracunan polonium tidak terlalu banyak yang bisa
diketahui. Ini disebabkan tidak ada literatur penemuan mengenai masalah
tersebuat. Terlebih jarang sekali manusia menderita keracunan polonium.
Gejala jelas yang terlihat akibat keracunan polonium adalah muntah,
diare, rambut rontok, dan jumlah sel darah putih yang terus menurun
drastis. Sementara jejak racun bisa ditemukan pada organ vital seperti
hati dan jantung. Hal ini tentunya membuat kegagalan fungsi organ.
Dalam kaitan kematian Arafat, penelitian atas berbagai barang pribadi
milik pemimpin Palestina tersebut dilakukan di Institut Fisika Radiasi
Universitas Lausanne, Swiss. Penelitian itu menemukan noda polonium-210
masih menempel pada celama dalam, kafiyeh, dan pakaian Arafaf.
Kesimpulan sementara adalah polonium-210 merupakan penyebab tewasnya pemimpin kharismatik Palestina tersebut.
Polonium juga biasa disebut ‘Radium F’, ditemukan oleh Marie dan Pierre
Curie pada 1898 dan diberi nama sesuai tanah kelahiran Marie Curie,
yakni Polandia (bhs latin: Polonia). Elemen kimia ini diberi simbol Po
dengan nomor atom 84.
Mematikan
Polonium-210 adalah zat yang sangat mematikan jauh lebih berbahaya
dibandingkan dimethyl mercury yang biasa dipakai meracun orang. Setiap
satu gram benda yang mengeluarkan polonium bisa membunuh 1,5 juta orang.
Polonium-210 adalah material radioaktif yang mengeluarkan partikel alfa.
Kandungan ini biasanya digunakan menghilangkan debu di pabrik tekstil,
pelat fotografi, dan rekaman fonograf. Alfa partikel akan mengionisasi
radiasi, tapi bisa dihentikan secara mudah dengan selembar kertas atau
lapisan kulit mati.
Partikel itu akan melepaskan energinya dalam jarak yang sangat dekat,
sehingga bila Polonium-210 menempel pada kulit, maka zat itu tidak
berbahaya. Namun, kalau zat tersebut terhisap atau termakan sehingga
masuk ke dalam tubuh, maka Polonium-210 bisa masuk ke dalam aliran darah
dan partikel alfa di dalamnya dapat langsung merusak organ-organ tubuh
serta lapisan-lapisan vital. Polonium-210 yang masuk ke dalam tubuh bisa
dikeluarkan melalui kotoran atau air kencing dalam beberapa bulan
kemudian.
Polonium-210 yang menyebabkan kematian 50% orang yang menghirupnya
memiliki dosis 100.000th dari setiap 1 miligram. Dosis ini 1 juta kali
lebih berbahaya dibandingkan racun sianida. Sejumlah alat antistatis
komersial buatan pabrik bisa saja mengandung Polonium-210 sebanyak 500
micro-curies.
Secara teori, jumlah radioaktif tersebut bisa membunuh 5.000 orang. Akan
tetapi, di dalam produk komersial itu, Polonium-210 terlindungi oleh
lapisan emas.
Dalam bentuk yang lebih nyata. Polonium-210 sebesar ujung pensil (0,5
mm3) jika tersebar bisa membunuh 500 orang. Di AS, akses publik terhadap
benda yang mengandung polonium-210 dijaga sangat ketat dan diatur oleh
pemerintah. Dibutuhkan izin khusus untuk menangani benda semacam itu.
Fakta menunjukkan saat Arafat meninggal pada 11 Nopember 2004 pada usia
75 tahun di rumah sakit di Paris, dokter menemukan Arafat mengidap
penyakit aneh yang sulit teridentifikasi. Saat itu dia dicurigai
menderita kanker, sirosis, atau bahkan HIV. Namun, penelitian di
laboratorium menunjukkan dugaan penyakit itu salah.
Kini terungkap sudah penyebab kematian tokoh besar Palestina dan dunia
itu. Tinggal sekarang mencari siapa pembunuhnya. Benarkan dia dibunuh
agen rahasia Israel, Mossad, seperti yang banyak dibicarakan orang pada
saat kematiannya? (ozc/ic-bh)
Sumber : http://www.analisadaily.com
Baca Artikel Terkait
No comments:
Post a Comment