Saturday, July 7, 2012

Mengenal Polonium yang Diduga Pembunuh Arafat

TEMUAN terbaru yang menyebutkan mantan Presiden Palestina Yasser Arafat diracun, membuat Palestina menuntut otopsi atas jasad Arafat. Sebelumnya dicurigai bahwa Arafat diracun dengan menggunakan zat radioaktif polonium-210. Berikut informasi mengenai zat beracun itu.
 
Polonium merupakan zat yang sangat jarang ditemukan dan memiliki kandungan radioaktif tinggi. Umumnya, zat beracun ini ditemukan di atmosfir bumi dan dalam jumlah kecil berada di dalam lapisan dalam bumi. Polonium ini ditemukan oleh peneliti Marie Curie pada abad 19. Demikian diberitakan Al Jazeera, Kamis (5/7).

Karena tingginya tingkat radioaktif, polonium juga digunakan sebagai pemicu senjata nuklir serta sumber tenaga dari satelit dan pesawat luar angkasa. Rusia juga menggunakan zat ini sebagai pemanas mesin yang mendarat di bulan pada era 1970-an.

Tapi apakah polonium pernah digunakan sebagai racun pada waktu sebelumnya? Jawabannya iya. Polonium diketahui digunakan sebagai senjata pembunuh terhadap mata-mata Rusia yang membelot bernama Alexander Litvinenko.

Diketahui, kondisi kesehatan Litvinenko dalam keadaan fit hingga 1 Nopember 2006 dia tiba-tiba jatuh sakit dan dirawat. Dirinya dikabarkan menderita diare akut dan muntah. Rumah sakit pun mendiagnosanya dengan infeksi perut.




Dokter yang memeriksa Litvinenko mengatakan, kondisi tubuhnya dikabarkan menunjukkan gejala seperti halnya penderita hepatitis dan AIDS. Tetapi kedua penyakit itu tidak ditemukan sama sekali di tubuh Litvinenko. Dokter akhirnya menetapkannya menderita keracunan akibat radiasi dan berdasarkan tes, polonium berada di dalam tubuhnya.

Gejala

Gejala-gejala keracunan polonium tidak terlalu banyak yang bisa diketahui. Ini disebabkan tidak ada literatur penemuan mengenai masalah tersebuat. Terlebih jarang sekali manusia menderita keracunan polonium.

Gejala jelas yang terlihat akibat keracunan polonium adalah muntah, diare, rambut rontok, dan jumlah sel darah putih yang terus menurun drastis. Sementara jejak racun bisa ditemukan pada organ vital seperti hati dan jantung. Hal ini tentunya membuat kegagalan fungsi organ.

Dalam kaitan kematian Arafat, penelitian atas berbagai barang pribadi milik pemimpin Palestina tersebut dilakukan di Institut Fisika Radiasi Universitas Lausanne, Swiss. Penelitian itu menemukan noda polonium-210 masih menempel pada celama dalam, kafiyeh, dan pakaian Arafaf.

Kesimpulan sementara adalah polonium-210 merupakan penyebab tewasnya pemimpin kharismatik Palestina tersebut.

Polonium juga biasa disebut ‘Radium F’, ditemukan oleh Marie dan Pierre Curie pada 1898 dan diberi nama sesuai tanah kelahiran Marie Curie, yakni Polandia (bhs latin: Polonia). Elemen kimia ini diberi simbol Po dengan nomor atom 84.

Mematikan

Polonium-210 adalah zat yang sangat mematikan jauh lebih berbahaya dibandingkan dimethyl mercury yang biasa dipakai meracun orang. Setiap satu gram benda yang mengeluarkan polonium bisa membunuh 1,5 juta orang.

Polonium-210 adalah material radioaktif yang mengeluarkan partikel alfa. Kandungan ini biasanya digunakan menghilangkan debu di pabrik tekstil, pelat fotografi, dan rekaman fonograf. Alfa partikel akan mengionisasi radiasi, tapi bisa dihentikan secara mudah dengan selembar kertas atau lapisan kulit mati.

Partikel itu akan melepaskan energinya dalam jarak yang sangat dekat, sehingga bila Polonium-210 menempel pada kulit, maka zat itu tidak berbahaya. Namun, kalau zat tersebut terhisap atau termakan sehingga masuk ke dalam tubuh, maka Polonium-210 bisa masuk ke dalam aliran darah dan partikel alfa di dalamnya dapat langsung merusak organ-organ tubuh serta lapisan-lapisan vital. Polonium-210 yang masuk ke dalam tubuh bisa dikeluarkan melalui kotoran atau air kencing dalam beberapa bulan kemudian.

Polonium-210 yang menyebabkan kematian 50% orang yang menghirupnya memiliki dosis 100.000th dari setiap 1 miligram. Dosis ini 1 juta kali lebih berbahaya dibandingkan racun sianida. Sejumlah alat antistatis komersial buatan pabrik bisa saja mengandung Polonium-210 sebanyak 500 micro-curies.

Secara teori, jumlah radioaktif tersebut bisa membunuh 5.000 orang. Akan tetapi, di dalam produk komersial itu, Polonium-210 terlindungi oleh lapisan emas.

Dalam bentuk yang lebih nyata. Polonium-210 sebesar ujung pensil (0,5 mm3) jika tersebar bisa membunuh 500 orang. Di AS, akses publik terhadap benda yang mengandung polonium-210 dijaga sangat ketat dan diatur oleh pemerintah. Dibutuhkan izin khusus untuk menangani benda semacam itu.

Fakta menunjukkan saat Arafat meninggal pada 11 Nopember 2004 pada usia 75 tahun di rumah sakit di Paris, dokter menemukan Arafat mengidap penyakit aneh yang sulit teridentifikasi. Saat itu dia dicurigai menderita kanker, sirosis, atau bahkan HIV. Namun, penelitian di laboratorium menunjukkan dugaan penyakit itu salah.

Kini terungkap sudah penyebab kematian tokoh besar Palestina dan dunia itu. Tinggal sekarang mencari siapa pembunuhnya. Benarkan dia dibunuh agen rahasia Israel, Mossad, seperti yang banyak dibicarakan orang pada saat kematiannya? (ozc/ic-bh)
Sumber : http://www.analisadaily.com

Baca Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment